Minggu, 16 Desember 2012

ASKEP HIPOTIROIDISME


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Kelenjar tiroid yang terletak tepat di bawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea, mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin; suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium. Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40% di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Sekresi tiroid terutama di atur oleh hormon perangsang tiroid yang di sekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
            Hormon yang paling banyak di sekresi oleh kelenjar tiroid adalah hormon tiroksin. Akan tetapi, juga di sekresitriiodo tironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Triiodotironin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin, tetapi terdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat. Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, di butuhkan makan kira-kira 50 mg yodium setiap tahun, atau kira-kira 1 mg per minggu. Untuk mencagah defisiensi yodium, garam meja yang biasa di iodisasi dengan satu bagian natrium iodida untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimangsud dengan hipotirodisme ?
2.      Apa saja Kebutuhan penyebab dari hipotiroidisme?
3.      Apa saja tanda dan gejala dari hipotiroidisme?
4.      Komplikasi-komplikasi yang di sebabkan oleh hipotiroidisme?
5.      Penatalakasaan dari hipotiroidisme itu bagaimana?

C.   Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan pada pembaca agar memperluas pengetahuan tentang hipotiroidisme.Selain itu juga agar dapat membantu proses perkuliahan Asuhan Keperawatan baik itu untuk mahasiswa maupun para dosen pengampu.

D.   Manfaat Penulisan
1.      Dapat memudahkan kita untuk mempelajari apa itu hipotiroidisme.
2.      Menambah wawasan tentang hipotiroidisme.
3.      Dapat mengetahui tanda dan gejala.
4.      Dapat mengetahui proses Asuhan Keperawatan.

E.   Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu Daftar pustaka, karena data-data yang kami peroleh untuk mendukung penulisan makalah ini bersumber pada buku-buku penunjang Keperawatan serta dari internet.




















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Pengertian
            Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit yang di sebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan di mana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat di sebut miksedema. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
            Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan di ikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di dibawah nilai optimal (brunner & suddarth).
            Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan hormon sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan memepengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang di pengaruhi oleh :
·         Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria).
·         Penurunan motilitas usus.
·         Penurunan detak jantung.
·         Gangguan fungsi neurologik.
·         Penurunan produksi panas
            Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak di mana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda miksedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebgai dampak dari menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.

B.     Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila di sebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan di sertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah di sebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang di sebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab yang paling sering yang di temukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (tiroditis Hashimoto), dimana system imun menyerang kelenjar tiroid (Tonner  & Schlechte, 1993). Gejala hipotiroidisme di ikuti oleh gejala hipotiroidisme dan miksedema.
Hipotiroidisme juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipotiroidisme yang menjalani terapi radioiodium, pembedahan atau preparat anti tiroid. Kejadian ini paling sering dijumpai pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidisme pada laki-laki. Karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid di anjurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut.
a.       Penyakit Hipotiroidisme :
·         Penyakit Hashimoto atau yang juga di sebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT yang di sertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak di ketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering di temukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
b.      Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
c.       Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan di sertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
d.      Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
e.        Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang di jumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

C.     MANIFESTASI KLINIK
Hipotiroidisme di tandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1.      Nafsu makan berkurang.
2.      Sembelit.
3.      Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat.
4.      Suara serak.
5.      Berbicara lambat.
6.      Kelopak mata turun.
7.      Wajah bengkak.
8.      Rambut tipis, kering dan kasar.
9.      Kulit kering, kasar, bersisik dan menebal.
10.  Denyut nadi lambat.
11.  Gerakan tubuh lamban.
12.  Lemah.
13.  Pusing.
14.  Capek.
15.  Pucat.
16.  Sakit pada sendi atau otot.
17.  Tidak tahan terhadap dingin.
18.  Depresi.
19.  Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuman.
20.  Alis mata rontok.
21.  Keringat berkurang.

D. Patofisiologi
Patofisiologi hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a.       Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.
b.      Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena,
1.      Operasi,
2.      Radiasi,
3.      Tiroiditis autoimun,
4.      Karsinoma,
5.      Tiroiditis subakut,
6.      Dishormogenesis, dan
7.      Atrofi.
8.      Pascaoperasi.
9.      Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.
10.  Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.
11.  Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
12.  Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
13.  Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.
14.  Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang.
Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
15.  Pada hipertiroidisme, metabolisme dan produksi panas akan meningkat. Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya. Pasien yang terkena lebih menyukai suhu lingkungan yang lebih dingin, pada lingkungan yang panas pasien cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi panas). Kebutuhan O2 yang meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang eritropoesis. Pasa satu sisi , peningkatan lipolisis menyebabkan penurunan berat badan, dan pada sisi lain menyebabkab hiperlipiasidemia. Sementar itu, konsentrasi VLDL, LDL, dan kolesterol berkurang. Pengaruhnya pada metabolisme karbohidrat memudahkan terbentuknya diabetes melitus (reversibel). Bila diberikan glukosa (tes toleransi glukosa), konsentrasi glukosa di dalam plasma akan meningkat secara lebih cepat lebih nyata dari pada orang sehat, peningkatan akan diikuti oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun hormon tiroid meningkatkan sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim proteolitis yag berlebihan dengan peningkatan pembentukan dan eksresi urea. Massa otot akan berkurang, pemecahan matriks tulang dapat menyebabkan osteoporosis, hiperkalsemiadan hiperkalsiuria.
16.  Akibat kerja perangsangan jatnung, curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Fibrilasi atrium kadang dapat terjadi. Pembuluh darah perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi glomerulus (GFR), aliran plasma ginjal (RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di ginjal. Sedangkan di hati pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan di otot usus halus akan menyebabkan diare, peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot dan insomnia. Pada anak-anak, percepatan pertumbuhan kadang dapat terjadi.
NURSING PATHWAY
E.     Komplikasi dan Penatalaksanaan
1.      Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak di berikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa di berikan secara intravena.
2.      Hipotiroidisme di obati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak di sukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang di keringkan (di peroleh dari kelenjar tiroid hewan).
3.      Pengobatan pada penderita usia lanjut di mulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya di turunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus di minum sepanjang hidup penderita.
4.      Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat di berikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
5.      Gambaran wajah pasien dengan miksedema. Gambar sebelah kiri pada saat diagnosa awal dan  gambar sebelah kanan setelah penggantian terapi dengan tiroksin.


F.      PemERIKSAAN  Diagnostik
1.      Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
2.      Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan reflex. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. Pemeriksaan ronsen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.










BAB II
TEORI ASKEP

A.   PENGKAJIAN
1.      Identitas  klien
Merupakan  biodata  klien  yang  meliputi  :  nama,  umur,  jenis  kelamin,  agama,  suku  bangsa / ras,  pendidikan,  bahasa  yang  dipakai,  pekerjaan,  penghasilan  dan  alamat. 
2.     Keluhan  utama
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
3.     Riwayat  penyakit  sekarang
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata.
Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.
Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4.      Riwayat  penyakit  dahulu
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin kedokter ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan penambahan berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat, yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme dapat diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.
5.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
-            Ekspresi wajah tumpul
-            Capek
-            Mengantuk
-            Berat badan meningkat
-            Kelambanan mental
-            Kurangnya pertumbuhan rambut
-            Suara parau (seperti katak)
-            Kulit bersisik
-            Oedema seluruh tubuh
-            Sakit kepala
-            Mual
-            Anoreksia
b.      Palpasi
-            Denyut nadi melemah
-            Konstipasi
Auskultasi
-            Detak jantung lambat
-            Tekanan darah menurun
c.       Perkusi
-            Suara perut dullness
6.      Pemeriksaan Per Sistem
a.        Integumen
a)      Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b)      Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c)      Tidak tahan dingin
d)     Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
b.      Muskuloskeletal
a)      Volume otot bertambah, glossomegali
b)      Kejang otot, kaku, paramitoni
c)      Artralgia dan efusi sinovial
d)     Osteoporosis
e)      Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f)       Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
g)      Kadar fosfatase alkali menurun
c.       Neurologik
a)        Letargi dan mental menjadi lambat
b)         Aliran darah otak menurun
c)        Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,    penurunan reflek tendon)
d)     Ataksia (serebelum terkena)
e)      Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f)       Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
d.      Kardiorespiratorik
a)        Bradikardi, disritmia, hipotensi
b)        Curah jantung menurun, gagal jantung
c)        Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d)       Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
e)        Penyakit jantung iskemic
f)         Hipotensilasi
g)        Efusi pleural
e.       Gastrointestinal
a)      Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b)      Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c)      Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
f.       Renalis
a)      Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b)      Retensi air (volume plasma berkurang)
c)      Hipokalsemia
g.      Hematologi
a)      Anemia normokrom normositik
b)      Anemia mikrositik/makrositik
c)      Gangguan koagulasi ringan
h.      Sistem endokrin
a)        Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
b)        Gangguan fertilitas
c)        Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
d)       Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e)        Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f)         Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
g)        Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
2.      Perubahan suhu tubuh.
3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal .
4.      Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
5.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.



C.     RENCANA KEPERAWATAN
1.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan
-          Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
Criteria hasil
-          Klien mendapatkan istrahat yang adekuat.
-          Klien mampu beraktivasi sesuai dengan kebutuhan atau yang diinginkan.
-           
Intervensi            :
a)      Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat di tolerir.
Rasional :
Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b)      Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional :
Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c)      Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional :
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d)      Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional :
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

2.      Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi panas.
Tujuan    
-          Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
Criteria hasil
-          Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,0-37,50 C)
Intervensi            :
a)      Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional :
Meminimalkan kehilangan panas.
b)      Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional :
Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
c)      Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional :
Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan di mulainya koma miksedema.
d)      Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin.
Rasional :
Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Tujuan     : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Criteria hasil
-          Pola defekasi klian dalam batas normal.
-           
Intervensi            :
a)      Dorong peningkatan asupan cairan.
Rasional :
Meminimalkan kehilangan panas.
b)      Berikan makanan yang kaya akan serat.
Rasional :
Meningkatkan masa feses dan frekuensi buang air besar.
c)      Ajarkan kepada klien, tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air.
Rasional :
Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras.
d)      Pantau fungsi usus.
Rasional :
Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e)      Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional :
Meningkatkan evakuasi feses.
f)       Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila di perlukan.
Rasional :
Untuk mengencerkan feses.
4.      Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan     :  Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang di resepkan.
Intervensi            :
a)      Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional :
Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien.
b)      Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.
Rasional :
Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c)      Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional :
Memastikan bahwa obat yang di gunakan seperti yang di resepkan.
d)      Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional :
Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
e)      Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional :
Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat di deteksi dan di obati.
5.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
Tujuan        :  Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi              :
a)      Pantau frekuensi seperti kedalaman, pola pernapasan, oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
Rasional :
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b)      Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
Rasional :
Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c)      Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional :
Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d)      Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika di perlukan.
Rasional :
Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin di perlukan jika terjadi depresi pernapasan.
6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan     : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi            :
a)        Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian di sekitar dirinya.
b)        Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam.
Rasional :
Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stress.
c)        Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit .
Rasional :
Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif di mungkinkan jika di lakukan terapi yang tepat.







BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setelah kami menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid,kami dapat menyimpulkan definisi dari Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal. Adapun diagnosa yang muncul Pada kasus Hipotiroid ini yaitu :
1.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
2.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi.
3.      Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kecepatan metabolism
5.      Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
6.      Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
7.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

B.     SARAN
1.     Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2.     Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid.
3.     Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.








DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar