BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipofungsi korteks adrenal dapat
disebabkan karena kerusakan primer pada kelenjar adrenal, atau sekunder akibat
dari hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, sehingga produksi hormon-hormon
antara lain hormon adrenokortikotropik menurun dan menyebabkan atropi dari
korteks adrenal 1,3. Penyakit Addison adalah hipofungsi kronik korteks adrenal
primer akibat dari kerusakan pada korteks adrenal. Penyakit ini pertama kali
dilaporkan oleh Thomas Addison pada tahun 1855 yang menulis mengenai keluhan,
gejala klinik serta kelainan dari kelenjar adrenal l,3,4 Kelenjar adrenal yang
terletak di bagian atas ginjal dengan berat kurang-lebih 5 gram terdiri dari 2
bagian, yaitu bagian luar yang keras berwarna kuning disebut korteks adrenal,
serta bagian dalam yang lunak berwarna coklat kemerahan disebut medula.
Secara histologik korteks adrenal terdiri dari 3 lapisan
:
1. Lapisan luar
adalah Zona Glomerulosa yang dirangsang oleh angiotensin II
melalui sistem renin angiotensin, menghasilkan mineralokortikoid terutama
aldosteron dan sedikit deoksikortikosteron. Disini tak ada enzim 17 alfa
hidroksilase sehingga tidak dapat membentuk kortisol dari 17 alfa hidroksi
progesteron.
2.
Lapisan tengah Zona Fasikulata dirangsang
oleh hormon adrenokortikotropik, menghasilkan terutama kortisol dan sedikit
kortikosteron.
3.
Lapisan dalam Zona Retikularis dirangsang
oleh, hormon adrenokortikotropik, menghasilkan androgen dan sedikit
estrogen2,5,6 : Untuk membuat diagnosis penyakit Addison perlu mengetahui
gejala klinik dan pemeriksaan laboratorik seperti diuraikan pada tinjauan
kepustakaan.
Insidensi penyakit Addison jarang; di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi, sedang di rumah-sakit
terdapat 1 dari 6.000 penderita yang dirawat l
Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.
Soetomo pada tahun 1983, masing- masing didapatkan 1 penderita penyakit
Addison. Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki
56% dan wanita 44%1 ' 3 penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi
lebih banyak terdapat pada umur 30 — 50 tahun l,3,7.
Penyakit Addison adalah: penyakit yang
terjadi akibat fungsi korteks adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
hormone hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 ).
Penyakit Addison adalah: lesi kelenjar
primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya autoimun atau
tuberkulosa.(Baroon, 1994).
B.
Tujuan
Tujuan
Umum
·
Membuat
asuhan keperawatan adrenal hipofungsi
Tujuan
Khusus
·
Mengetahui
Pengertian Penyakit Adrenal Hipofungsi.
·
Mengetahui
gejala - gejala yang muncul pada adrenal hipofungsi
·
Mengetahui
penanganan adrenal hipofungsi.
Manfaat
·
Mengetahui
pengertian Adrenal Hipofungsi.
·
Mengetahui
gejala- gejala yang muncul pada adrenal hipofungsi
·
Mengetahui
penanganan adrenal hipofungsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di
sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia,
kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung
thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis.
Secara histologis,
terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula merupakan
sumber penghasil katekolamin hormon adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan bagian korteks
menghasilkan kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula
menghasilkan homron androgen
seperti testosteron.
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang
menunjukkan kelebihan / defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma, 1999).
B.
Klasifikasi
Disfungsi Kelenjar Adrenal :
a. Hiperfungsi
kelenjar adrenal
1.
Sindrom Cushing.
Sindrom Cushing disebabkan oleh sekresi berlebihan
steroid adrenokortikal, terutama kortisol. Gejala klinis bisa juga ditemukan
oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik.
2. Sindrom
Adrenogenital.
Penyakit yang
disebabkan oleh kegagalan sebagian atau menyeluruh, satu atau beberapa enzim
yang dibutuhkan untuk sintesis steroid
3. Hiperaldosteronisme
·
Hiperaldosteronisme primer (Sindrom
Cohn)Kelaianan yang
disebabkan karena hipersekresi aldesteron autoimun)
·
Aldosteronisme sekunder (Kelainan
yang disebabkan karena hipersekresi rennin primer, ini disebabkan oleh
hiperplasia sel juksta glomerulus di ginjal).
b.
Hipofungsi Kelenjar Adrenal
Insufisiensi Adrenogenital :
1. Insufisiensi Adrenokortikal Akut
(krisis adrenal)
Kelainan yang terjadi karena defisiensi kortisol absolut
atau relatif yang terjadi mendadak sehubungan sakit / stress.
2. Insufisiensi Adrenokortikal Kronik
Primer (penyakit Addison)
Kelainan yang disebabkan karena kegagaln kerja
kortikosteroid tetapi relatif lebih penting adalah defisiensi gluko dan
mineralokortikoid.
3. Insufisiensi Adreno Kortikal Sekunder.
Kelainan
ini merupakan bagian dari sinsrom kegagalan hipofisis anterior respon terhadap
ACTH terhambat atau menahun oleh karena atrofi adrenal.
C.
Hipofungsi
Adrenal
Penyakit Addison adalah
hipofungsi kronik korteks adrenal primer karena kerusakan pada korteks adrenal.
Penyakit ini sedikit lebih banyak didapat pada laki-laki dibanding wanita, dan
terutama terjadi pada usia 30--50 tahun; penyebab terbanyak adalah proses
autoimmun (78%) dan tuberkulosa (21%) sisanya oleh sebab lain. Bila terdapat
dugaan penyakit Addison dengan LED tinggi, eosinofilia, IgG meningkat, dan tes
ANA positif maka sangat mungkin penyebabnya adalah autoimun.
Pengakit Addison adalah: penykit
yang terjadi akibat fungsi korteks adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
hormone hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 ).
Penyakit Addison adalah: lesi
kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya autoimun atau
tuberkulosa.(Baroon, 1994)
Gejala klinik adalah hiperpigmentasi, hipotensi kelemahan
badan, penurunan berat badan, kelainan gastrointestinal, gangguan elektrolit
dan air, hipoglikemi puasa, hilangnya rambut ketiak dan pubis, Thorn s sign
positif. Untuk diagnosis perlu diperiksa kadar kortisol, kadar ACTH, tes ACTH,
tes Water Load dan elektrolit. Yang dapat dikerjakan di RS DrSoetomo Surabaya pada saat ini adalah tes.
D.
Etiologi
Hipofungsi korteks adrenal primer dapat
disebabkan oleh beberapa sebab:
1. Proses autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada
75% dari penderita. Secara histologik tidak didapatkan 3 lapis-an korteks
adrenal, tampak bercak-bercak fibrosis dan infiltrasi limfosit korteks adrena
1, 9. Pada serum penderita didapatkan antibodi adrenal yang dapat diperiksa
dengan cara Coons test, ANA test, serta terdapat
peningkatan imunoglobulin G 10,11.
2. Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar adrenal akibat tuberkulosis didapatkan
pada 21% dari penderita 9. Tampak daerah nekrosis yang dikelilingi oleh
jaringan ikat dengan serbukan sel-sel limfosit, kadang-kadang dapat dijumpai
tuberkel serta kalsifikasi l,3,7 Seringkali didapatkan proses tuberkulosis yang
aktif pada organ-organ lain, misalnya tuberkulosis paru, tuberkulosis
genito-urinari, tuberkulosis vertebrata (Pott s disease), hati, limpa
serta kelenjar limpa 3.
3. Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang
lebih jarang ialah karena : histoplasmosis, koksidioidomikosis, serta septikemi
karena kuman stafilokok atau meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan
nekrosis 1 ,2 ,9.
4. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar
adrenal dengan menghalangi biosintesis yaitu metirapon; sedang yang membloking
enzim misalnya amfenon, amino- glutetimid dan O.p.D.D.D.
5. Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia
korteks adrenal, walaupun hal ini jarang terjadi.
6. Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya
metastasis tumor, sarkoidosis, penyakit amiloid dan hemokromatosis.
7. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita
yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal 9,
12.
8. Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan
kelainan kongenital.
E.
Manifestasi klinik
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan
karena timbunan melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi
pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul
insufisiensi adrenal dengan akibat meningkatnya hormon adrenokortikotropik.
Hormon adrenokortikotropik ini mempunyai MSH-like effect. Pada penyakit
Addison terdapat peningkatan kadar beta MSH dan hormon
adrenokortikotropik . Tidak
didapatkan hubungan antara beratnya penyakit Addison dengan luasnya
pigmentasi.
Pigmentasi ini sifatnya difus, terutama
pada kulit yang mendapat tekanan (misalnya pinggang dan bahu), siku,
jaringan parut, garis-garis telapak tangan dan ketiak. Pada daerah perianal,
perivulva, skrotum dan areola mamma tampak lebih gelap. Pigmentasi pada
mukosa sering tampak pada mukosa mulut yaitu pada bibir, gusi, lidah,
faring, konjungtiva, vagina dan vulva. Pigmentasi didapatkan 100%
pada penderita penyakit Addison. Thorn dan kawan-kawan melaporkan dari
158 kasus Addison seluruhnya didapatkan pigmentasi. Rowntree dan Snell
melaporkan dari 108 kasus didapat 1 kasus tanpa pigmentasi. Penderita
dengan kegagalan adrenokortikal sekunder karena hipopituitarisme tidak
didapatkan gejala hiperpigmentasir.
1. Sistim Kardiovaskuler
a.
Hipotensi
Hipotensi merupakan gejala dini dari penyakit Addison, dimana
tekanan darah sistolik biasanya antara 80—100 mmHg, sedang tekanan
diastolik 50—60 mmHg. Mekanisme penyebab terjadinya hipotensi ini diduga
karena menurunnya salt hormon yang mempunyai efek langsung pada
tonus arteriol serta akibat gangguan elektrolit. Reaksi tekanan darah
terhadap perubahan sikap adalah abnormal, pada perubahan posisi dari berbaring
menjadi posisi tegak maka tekanan darah akan menurun (postural hipotensi)
yang menimbulkan keluhan pusing, lemah, penglihatan kabur,
berdebar-debar. Hipotensi ini juga terdapat pada penderita dengan atrofi korteks
adrenal dengan medula yang intak, sehingga diduga bahwa epinefrin bukan
penyebab dari hipotensi ini. Tekanan darah akan kembali normal setelah
pemberian garam dan desoksikortikosteron yang meningkatkan tonus
vasomotor.
b.
Jantung
Ukuran jantung penderita Addison biasanya mengecil pada
pemeriksaan radiologi, hal ini mungkin karena penurunan volume darah
sekunder akibat kehilangan air. Bertambah besarnya ukuran jantung
merupakan petunjuk berhasilnya pengobatan. Perubahan elektrokardiografi
biasanya tampak tapi tak mempunyai nilai diagnostik, seringkali
didapatkan voltase yang rendah, PR dan QT interval memanjang, oleh karena
kelainan degeneratif organik pada otot jantung serta akibat gangguan
elektrolit.
Gejala lain adalah kelemahan kontraksi otot jantung, nadi
kecil dan sinkop.Akibat hiperkalemia dapat terjadi aritmia yang dapat
menyebabkan kematian mendadak.
2. Kelemahan Badan
Kelemahan badan ini disebabkan karena
gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gangguan metabolisme
karbohidrat dan protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis otot
bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein, terutama pada
sel-sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah.
Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam
serta kortikosteroid. Nicholson dan Spaeth melaporkan pada beberapa
penderita Addison dapat terjadi paralisis flasid yang bersifat periodik
akibat hiperkalemia dimana mekanismenya belum diketahui, walaupun
hal ini jarang didapatkan.
3. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar
antara 10—15 kg dalam waktu 6—12 bulan 3 . Penurunan berat badan ini karena
adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal lain, dehidrasi, serta katabolisme
protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik, terutama jaringan otot.
Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan berat badan.
4. Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastrointestinal didapatkan
pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia biasanya merupakan gejala yang mula –
mula tampak, disertai perasaan mual dan muntah, nyeri epigastrium, disfagia,
konstipasi, kadang-kadang dapat timbul diare. Cairan lambung biasanya
menunjukkan hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini karena rendahnya konsentrasi
klorida dan natrium dalam darah dan jaringan, sehingga produksi asam klorida
lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal bila keseirnbangan
elektrolit sudah diperbaiki.
5. Gangguan elektrolit dan air
Penurunan hormon aldosteron menyebabkan
pengeluaran natrium, klorida dan air serta retensi kalium. Sebagai akibat dari
gangguan elektrolit ini terjadi dehidrasi, hemokonsentrasi dan asidosis.
6. Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Akibat proses glukoneogenesis yang
menurun, penggunaan glukosa oleh jaringan yang meningkat serta gangguan
absorbsi karbohidrat pada usus halus, akan terjadi hipoglikemi puasa, di mana
kadar gula darah puasa. lebih rendah dari harga normal. Pada tes toleransi
glukosa oral didapat kenaikan kadar gula darah yang kurang adekuat, yaitu
menunjukkan kurve yang datar.
7. Darah Tepi
Sel-sel darah merah dan hemoglobin
sedikit menurun dengan hemokonsentrasi. Jumlah sel darah putih sedikit menurun
dengan relatif limfositosis, eosinofil sedikit meningkat Perubahan gambaran
darah tepi di atas karena menurunnya hidrokortison. Gambaran hematologi ini tak
mempunyai arti yang khas untuk diagnostik.
8. Gangguan Neurologi dan psikiatri
Manifestasi kelainan pada saraf antara
lain penglihatan kabur ngantuk, yang mungkin berhubungan dengan kelemahan yang
progresif, kadang-kadang penderita gelisah, mudah tersinggung serta dapat
timbul psikosis. Pada elektro-ensefalogram didapat gelombang alfa lebih pelan
terutama pada daerah frontalis, serta menghilangnya gelombang beta.
F.
Patofisiologi
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi
21-hidroksilase
(CYP21A2) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas
serangkaian proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak
diketahui apakah antibody ini secara signifikan dapat menyebabkan
insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody menyebabkan
insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan
reseptornya.
(CYP21A2) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas
serangkaian proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak
diketahui apakah antibody ini secara signifikan dapat menyebabkan
insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody menyebabkan
insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan
reseptornya.
PATHWAY
Tuberculosis,infeksi
lain,bahan-bahan kimia,iskemia
Infiltrasi,perdarahan,proses autoimun
Devisiensi
mineralokortikoid defisiensi
glukokortikoid
Laju metabolism terganggu gangguan metabolism lemak,protein
dan karbohidrat
Peningkatan
ekskresi ion Natrium perubahan
nutrisi hipoglikemia
Dan klorida
Penurunan
konsentrasi natrium,klorida penurunan perubahan nutrisi
Dan bikarbonat/gangguan elektrolit metabolism energi
Pengeluaran cairan/air
penurunan PH produksi asam klorida kelemahhan
otot
Banyak melalui urien pada lambung menurun
Berat
badan
Menurun,kelemahan
Kekurangan volume gangguan keseimbangan nyeri epigastrium intoleransi aktifitas perubahan kemampuan
cairan asam basa dalam fungsi
intoleransi
aktivitas disfalgia harga diri rendah
menurunya aliran vena/ gangguan proses mual-muntah
volume sirkulasi pikir
kolaps sirkulasi anoreksia
curah jantung menurun perubahan kebutuhan
nutrisi
G.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Pemerisaan
laboratorium
·
Penurunan
konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia)
·
Peningkatan
kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
·
Peningkatan
jumlah sel darah putih (leukositosis)
·
Penurunan kadar
kortisol serum
·
Kadar kortisol
plasma rendah
b.
Pemeriksaan
radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal.
c.
CT Scan.
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif
malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d.
Gambaran EKG. Tegangan rendah aksis QRS vertical dan
gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas
elektrolit.
H.
Penatalaksanaan
1. Medik
·
Terapi dengan
pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai
50 mg/hari : pengganti hormon glukokortikoid & mineralokortikoid
·
Hidrokortison
(solu- cortef) disuntikan secara IV : golongan kortikosteroid
·
Prednison (7.5
mg/hari)dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
·
Pemberian
infuse dekstrosa 5%dalam larutan saline : meningkatkan kadar glukosa darah
·
Fludrokortison:
0,05-0,1 mgper oral dipagi hari : pengganti mineralokortikoid untuk ekskresi
hormon
2.
Keperawatan
·
Pengukuran TTV
·
Memberikan rasa
nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu istirahat pasien
·
Menempatkan
pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan.
·
Memberikan
suplemen makanan dengan penambahan garam
·
Follow up:
mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai
regresi gambaran klinis.
·
Memantau kondisi
pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison.
I.
Komplikasi
·
Syok (akibat
dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
·
Kolaps
sirkulasi
·
Dehidrasi
·
Hiperkalemia
·
Sepsis
·
Krisis Addison
disebabkan karena hipotensiakut (hiperkortisolisme) ditandai dengan sianosis,
panas, pucat, cemas, nadi cepat.
BAB III
KONSEP ASKEP
A.
Pengkajian
1.
Aktivitas /
istirahat
·
Gejala : Lelah,
nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari, tidak mampu beraktivitas atau bekerja).
·
Tanda :
peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang minimal,
Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi, Depresi, gangguan konsentrasi,
Letargi.
2.
Sirkulasi.
Tanda :
·
Hipotensi
termasuk hipotensi postural.
·
Takikardi,
disritmia, suara jantung melemah
·
Nadi perifer
melemah
·
Pengisian
kapiler memanjang
·
Ekstremitas
dingin, sianosis, dan pucat
3.
Integritas ego
·
Gejala : adanya
riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, Perubahan gaya hidup, Ketidak mampuan mengatasi stress
·
Tanda
: Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil
4.
Eliminasi
·
Gejala : diare,
sampai adanya konstipasi, Kram abdomen, Perubahan frekuensi dan karakteristik
urin
·
Tanda :
Diuresis yang diikuti oliguria
5.
Makanan atau
cairan
·
Gejala :
Anoreksia berat, mual, muntah, Kekurangan zat garam, BB menurun dengan cepat.
·
Tanda : Turgor
kulit jelek, membrane mukosa kering
6.
Neurosensori
·
Gejala
: Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan
·
Tanda :
disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah),
letargi, kelelahan mental, peka rangsangan,cemas, koma (dalam keadaan krisis)
7.
Nyeri/ kenyamanan
·
Gejala :
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstrimitas (pada keadaan krisis).
8.
Pernapasan
·
Gejala :
Dipsnea
·
Tanda :
Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi pada keadaan
infeksi
9.
Keamanan
·
Gejala
: tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
·
Tanda :
Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar matahari)
menyeluruh atau berbintik bintik, Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan
hipotermi (keadaan krisis)
10.
Seksualitas
·
Gejala
: Adanya riwayat menopause dini, amenore , Hilangnya tanda tanda seks
sekunder (berkurangnya rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita)
,Hilangnya libido.
B.
Diagnose
Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,
kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
2.
Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia),defisiensi glukokortikoid
3.
Intoleransi
aktifitas b.d penurunan produksi metabolime ketidak seimbangan cairan
elektrolit dan glukosa
4.
Penurunan curah
jantung b.d berubahnya kecepatan, irama, dan konduksi jantung (akibat dari
ketidakseimbangan elektrolit)
5.
Perubahan
proses pikir b.d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan kadar glukosa
(hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa
6.
Gangguan harga
diri b.d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
7.
Kurang
pengetahuan tentang: penyakit, prognosis, pengobatan b.d kurang pemajanan/
mengingat, keterbatasan kognitif.
C.
Rencana
Keperawatan
DX. 1: Kekurangan volume cairan b.d
kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat,
saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
·
Tujuan : klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan tindakan
·
Kriteria Hasil :
1. Pengeluaran urin adekuat (1cc/kgBB/jam)
2. TTVdbn: N:80-100 x/mnt S: 36-37C ,
TD: 120/80 mmHg
3. Tekanan nadi perifer jelas: kurang dari
3 det
4. Turgor kulit elastisPengisian kapiler baik kurang dari 3
det
5. Membrane mukosa lembab
6. Warna kulit tidak pucat
7. Rasa haus tidak ada
8. BB ideal: (TB-100)-10%(TB-100)
9. Hasil lab dbn:
Ø Ht : W: 37-47% , L: 42-52%
Ø Ureum: 15-40 mg/dl
Ø Natrium: 135-145 mEq/L
Ø Kalium: 3,3-5,0 mEq/ L
Ø Kreatinin: 0,6-1.2 mg/dl
Intervensi:
1.
Pantau TTV,
catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer.Rasional : Hipotensi postural merupakan
bagian dari hipovolemia akibat kekurangan hormone aldosteron dan penurunan
curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol
2.
Ukur dan
timbang BB klien.Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan
pengganti volume cairan dan kefektifan pengobatan. Peningkatan BB yang cepat
disebabkan oleh adanya retensi caairan dan natrium yang berhubungnn dengan
pengobatan steroid
3.
Kaji pasien
mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya.Rasional : Mengidentifikasi adanya
hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti.
4.
Periksa adanya
perubahan status mental dan sensori.Rasional
: Dehidrasi berat menurunkan curah jantung berat dan perfusi jaringan
terutama jaringan otak.
5.
Aukultasi
bising usus (peristaltic usus). Catat dan
laporkan adanya mual, muntah, dan diare.Rasional
: Kerusakan
fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi
cara untuk pemberian cairan dan nutrisi
6.
Berikan
perawatan mulut secara teratur.Rasional :
membantu menurunkan rasa tidak nyaman
akibat dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa
7.
Berikan cairan
oral diatas 3000cc/hari sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Rasional :Adanya perbaikan pada saluran
cerna dan kembalinya fungsi saluran cerna tersebut memungkinkan untuk
memberikan cairan dan elektrolit melalui oral
8.
Kolaborasi
Berikan cairan, antara lain:
·
Cairan NaCl
0,9% . Rasional : Mungkin
membutuhkan cairan pengganti 4-6Ltr.dengan pemberian cairan NaCl 0,9% melalui
Iv 500-1000ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
·
Larutan glukosa. Rasional : Dapat menghilangkan
hipovolemia
9.
Berikan obat
sesuai dosis
·
Kortison
(ortone)atau hidrokotison (cortef) 100mg intravena setiap 6jam untuk 24jam.Rasional : Dapat mengganti kekurangn
kortison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat
menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung
·
Mineral
kortikoid, fludokortison, deoksikortikosteron 25-30mg/hari peroral.Rasional : dimulai setelah pemberian
dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah mengakibatkan retensi garam
berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit
10.
Pasang atau
pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi. Rasional : dapat memfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat
baik urin maupun dari lambung, memberikan dekompresi lambung dan membatasi
muntah
11.
Pantau hasil
laboratorium
·
Hematokrit (Ht).Rasional : Peningkatan kadar Ht darah
merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai
dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
·
Ureum atau
kreatinin.Rasional : peningkatan
kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat
sel karena dehidrasi atau tanda serangan gagal ginjal
·
Natrium.Rasional : hiponatremia merupakan
indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan karena gangguan reabsorpsi
pada tubulus ginjal
·
Kalium.Rasional : penurunan kadar aldosteron
mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga
dapat menyebabkan hiperkalemia.
Dx 2: Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi
glukortikoid.
·
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien kembali
adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi
KH :
1. Tidak ada mual muntah
2. BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
3. Anoreksia (-)
4. Hb: W: 12-14 gr/dl , L: 13-16
gr/dl
5. Ht: W: 37-47% , L:42-52%
6. Albumin: 3,5-4,7g/dl
7. Globulin: 2,4-3,7g/dl
8. Bising usus: 5-12x/mnt
9. TTV dbn: N: 80-100x/mnt TD: 120/80mmHg
10. Temperature kulit hangat
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pengakit Addison adalah:
penykit yang terjadi akibat fungsi korteks adekuat untuk memenuhi kebutuhan
pasien akan hormone hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 ).
Gejala
klinik adalah hiperpigmentasi, hipotensi kelemahan badan, penurunan berat
badan, kelainan gastrointestinal, gangguan elektrolit dan air, hipoglikemi
puasa, hilangnya rambut ketiak dan pubis.
Etiologi
1.
Proses autoimun
2.
Tuberculosis
3.
Bahan-bahan kimia
4.
Infeksi lain
5.
Iskemia
6.
Infiltrasi
7.
Perdarahan,dll.
Manifestasi klinis
1.
System kasdiovaskule
2.
Kelemahan badan
3.
Penurunan berat badan
4.
Gangguan elektrolit
5.
Gangguan gastrointestinal
6.
Gangguan metabolisme
7.
Darah tepi
8.
Gangguan neorologi dan
psikiatrik,dll
Pertanyaan
:
1. Kenapa
bisa terjadi sepsis? (HADHIATULQUDSI)
2.
Bagaimana dengan prognosis dan
kenapa bisa terjadi kolaps sirkulasi pada pasien hipofungsi adrenalokortikal?
(IRFAN)
3.
Apa yang terjadi jika anda sebagai
perawat berada di tempat terpencil dan menemukan pasien seperti ini sedangkan
sarana dan prasarana tidak memadai dan bagaimana menentukan diagnosanya? (ARIF
HIDAYAT)
4.
Pohon permasalaha/patway-nya gimana?
(RIBUT MISNARI)
5. Kenapa
pada pasien dengan gangguan hipofungsi ini di berikan cairan oral diatas 3000
cc/hari dan pemeriksaan secara signifikanya? (DWI HANDRA WAHYUDI)
Jawaban
:
1.
Sepsis (keadaan terinfeksi oleh migkroorganisme yang menghasilkan pus/nanah) jadi
paien yag mengalami gangguan hipofungsi adrenalokoartikal ini terjadi infeksi
pada ginjal/kelenjar adrenalnya oleh mikroorganisme,bahan-bahan
kimia,perdarahan,dll. Sehingga mengakibatkan sepsis dan menghasilkan pus/nanah
apalagi pasien dengan gangguan kelenjar adrenal ini autoimunnya menurun jadi
proses infeksinya akan cepat.(NOVI NOFYATI)
2.
prognosisnya
: bisa disembuhkan!!! Dengan cara perawatan yang intensif dan
melakukan kolaborasi dengan petugas-petugas kesehatan lainnya.
-
Kolaps sirkulasi terjadi akibat dari
kelenjar adrenal tidak mampu menyuplai darah karna telah terjadi infeksi dan
autoimun yang menurun jadi aliran darah yang menurun mengakibakan pembuluh
darah mengalami penkerutan/vasokontriksi sehingga mengakibatkan hipotensi.(NOVI
NOFYATI)
3.
Hipofungsi adrenalkortikal ini
adalah jenis penyakit dalam jadi untuk mendiagnosa pasien tersebut tidak cukup
dilakukan pemeriksaan fisik melainkan harus ada pemeriksaan laboraturium karna
penyakit ini di golongkan penyakit dalam jadi untuk mendiagnosis penyakit ini
seperti pemeriksaan kadar kortisol,kada ACTH,tes ACTH,tes water load dan
elektrolit.mau tidak mau klien ini harus di rujuk ke rumah sakit yang memiliki
sarana dan prasarana laboratorium yang memadai agar pasien dapat
diselamatkan.(NOVI NOFYATI DAN ARYANDI)
4.
(tuberculosis,infeksi,bahan kimia,dll) mengakibatkan
defisiensi mineralokortikoid laju
metabolism terganggua peningktan
ekskresi ion natrium dan klorida
penurunan konsentrasi dari natrium,klorida,dan bikarbonat/gangguan
elektrilot pengeluaran cairan /
air yang banyak melalui urine kekurangan volume cairan (NOVI NOFYATI)
5.
jadi hipofungsi adrenalkortikal ini adalah penyakit yang
berkenaan pada gangguan kerja ginjal yang mengakibatkan konsentrasi ion
natrium,klorida dan bikarbonat menurun jadihaluran urine banyak atau
pengeluaran air meningkat hal ini dikatakan diagnose kekurangan cairn yang
cukup berat jadi di butuhkan cairan oral 3000 cc/hari.(NOVI NOFYATI)